Kamis, 29 Maret 2012

Laporan Asuhan Gizi Terstandar (NCP)


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Pendahuluan
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting dalam memasuki era globalisasi karena secara langsung akan berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan memiliki status gizi baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit (Depkes, 2005).
Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien secara optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat maupun konseling gizi pada pasien rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit sebagai salah satu upaya mewujudkan Indonesia sehat 2010, merupakan tugas dan tanggungjawab tenaga kesehatan, khususnya tenaga yang bergerak di bidang gizi.
Dalam Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK), studi kasus merupakan  salah satu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan seorang calon ahli gizi dalam melakukan asuhan gizi pasien rawat inap. Kasus yang digunakan dalam studi kasus ini adalah pasien penyakit dalam dengan diagnosis DM Tipe 2 + CKD St 5 (Nepropati Diabetik) yang dirawat di Ruang IPD 25 Kamar 4 Bet 3 RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
Salah satu penyakit akibat diabetes adalah penyakit ginjal diabetik. Di Asia hampir 60% dari penyandang diabetes tipe 2 menderita nefropati diabetik. Begitu pula frekuensi hipertensi cukup tinggi sekitar 33%. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingginya tekanan darah pada diabetes dengan komplikasi ginjal dan kardio  vascular (jantung & pembuluh darah).
Penderita diabetes dengan hipertensi, mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung koroner ataupun stroke. Sebagai faktor prediksi adanya komplikasi kardiovaskular dan ginjal pada diabetes-hipertensi adalah adanya mikro- albuminuria (adanya albumin/zat protein pada air kencing).
Gejala Klinik Nefropati diabetik merupakan gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran glomerulus (selaput penyaring darah dalam ginjal). Gula yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein, sehingga mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya penghalang protein rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin/air kencing (albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk pada ginjal.
Gangguan ginjal dapat menyebabkan fungsi ekskresi (membuang), filtrasi (menyaring) dan hormonal terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zat-zat racun lewat urin, maka zat racun tertimbun. Tubuh pun menjadi bengkak dan dapat berisiko kematian.
Selain berfungsi sebagai ekskresi, ginjal juga memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi memproduksi sel darah merah. Gangguan di ginjal dapat menurunkan hormon tersebut, sehingga menyebabkan anemia (kekurangan darah merah).
Salah satu terapi yang diberikan untuk penderita DM Tipe 2 + CKD St 5 (Nepropati Diabetik) adalah terapi diet. Terapi diet bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lain guna mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Diet yang diberikan untuk penderita Nepropati Diabetik dan asam urat tinggi adalah diet Nepropati Diabetik (diet dialisa RP 70 dan Rpu).





B.  Tujuan
1.    Umum
Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik di rumah sakit yang meliputi analisis tentang pengkajian, perencanaan, penerapan, evaluasi dan membuat laporan.
2.    Khusus 
a.    Mahasiswa mampu mengkaji data dasar (inventarisasi data subyektif dan obyektif pasien).
b.    Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah gizi dan menganalisis tingkat resiko gizi.
c.    Mahasiswa mampu memahami diagnosis gizi yang ditentukan ahli gizi.
d.   Mahasiswa mampu melakukan intervensi gizi (rencana dan implementasi asuhan gizi pasien).
e.    Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi pasien.
f.     Mahasiswa mampu melakukan edukasi dietetik mandiri.
g.   Mahasiswa mampu menyusun laporan asuhan gizi klinik.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Gambaran Umum
1.    Diabetes  Melitus
a.    Definisi
Diabetes Mellitus merupakan serangkaian gangguan atau sindroma di mana tubuh tidak mampu mengatur secara tepat pengolahan, atau metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (McWright, 2008). Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka Diabetes Mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklorotik dan penyakit vascular mikroangiopati, dan neuropati (Price dan Wilson, 2003). Diabetes Mellitus biasanya disebabkan karena peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah (hiperglikemia) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang (Depkes, 2005).
b.   Etiologi
Terdapat 2 tipe Diabetes Mellitus berdasarkan diabetes yang sering terjadi yaitu diabetes tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan diabetes tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes tipe 1 disebabkan oleh destruksi sel ß pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan diabetes tipe 2 disebabkan kegagalan relatif sel ß dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringsan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh sel hati. Sel ß tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel ß pankreas mengalami desentisasi terhadap glukosa (Mansjoer, dkk., 2001).
           

c.    Gejala dan tanda
Gejala dan tanda-tanda penyakit Diabetes Mellitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik
1) Gejala akut
Pada permulaannya gejala yang ditunjukkan meliputi banyak makan (polifagia), banyak minum (polidipsia), dan banyak kencing (poliuria). Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus bertambah, karena pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi. Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, maka dapat sering timbul keluhan polidipsia dan poliuria dan keluhan lain berupa turunnya nafsu makan (tidak polifagia lagi) bahkan kadang-kadang diikuti dengan mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl, berat badan turun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati lagi dapat menimbulkan rasa mual dan dapat terjadi koma diabetik (penderita tidak sadarkan diri).
2) Gejala kronik
Gejala kronik yang sering timbul antara lain :
a)        Kesemutan
b)        Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tsuk jarum
c)        Terasa tebal di kulit, sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau kasur
d)       Kram
e)        Lelah
f)         Mudah mengantuk
g)        Mata kabur
h)        Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita
i)          Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j)          Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten
k)        Pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau berat bayi lahir lebih dari 4 kg (Tjokroprawiro, 2006).
d.   Diagnosis dan klasifikasi
Menurut kriteria Internasional Diabetes Federation (IDF), American Diabetes Association (ADA), dan Perkumpulan Endrokionologi Indonesia (Perkeni), apabila glukosa darah pada saat puasa di atas 126 mg/dl dan 2 jam sesudah makan di atas 200 mg/dl, diagnosis diabetes bisa  dipastikan. Apabila kadar glukosa darah puasa di antara 111-125 mg/dl, maka keadan iini disebut keadaan glukosa puasa terganggu atau Impaired Fasting Glucose (IFG). Ada pula yang menamakannya Borderline Diabetes atau Prediabetes. Apabila keadaan ini terjadi, dokter harus segera mengambil langkah untuk mengontrol glukosa darah pasien agar tidak timbul komplikasi serius di kemudian hari (Tandra, 2008).
Tabel 1.  Kriteria Diagnosis Diabetes (WHO)
                                                                         Kadar Glukosa Darah                                                                                               
                                                                           Mg/dl                          mmol/dl
Diabetes Mellitus
Puasa                                                          ≥126                            ≥7.0
2 jam sesudah makan                                  ≥200                            ≥11.1
Impaired Glucose Tolerance(IGT)  
Puasa                                                          <126                            <7.0 
2 jam sesudah makan                                 ≥140 & <200               ≥7.8 & <11.1
Impaired Fasting Glucoce(IFG)
Puasa                                                   ≥110 & <126             ≥6.1 & <7.0
2 jam sesudah makan                                 <140                            <7.8  
Sumber : Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes (Tandra, 2008)

Jika kadar glukosa darah tidak normal tetapi belum termasuk kriteria diagnosis untuk diabetes, misalnya glukosa darah puasa di bawah 140 mg/dl tetapi 2 jam sesudah makan 140-200 mg/dl, keadaan ini disebut sebagai Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan resiko terkena diabetes tipe 2 jauh lebih besar dari pada orang biasa. Bila dokter curiga telah muncul TGT, pasien dianjurkan untuk menjalani Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) atau Oral Glucose Tolerance Test (OGTT) (Tandra, 2008).



e.    Komplikasi
1) Komplikasi Akut
Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secara mendadak. Keluhan dan gejalanya terjadi dengan cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut umumnya timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu tinggi (hiperglikemia) (Tandra, 2008).
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi jika kadar glukosa darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, tetapi konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Sedangkan hiperglikemia terdapat dua macam yaitu diabetes ketoasidosis dan sindrom HHNK (koma Hiperglikemik Hiperosmoler Non Ketotik)  (Brunner & Suddarth, 2001).
2) Komplikasi Kronis
Untuk diabetisi yang sudah bertahun-tahun, dapat juga muncul berbagai kerusakan atau komplikasi yang kronis, seperti kerusakan ginjal (nephropathy), kerusakan mata (retinopathy), penyakit jantung, kerusakan pembuluh darah (angiopathy) dan kerusakan syaraf (neuropathy). Untuk kerusakan pembuluh darah (angiopathy) dan kerusakan syaraf (neuropathy) dapat menyebabkan komplikasi yang sangat serius yaitu kaki diabetik (Tandra, 2008).
2.      CKD
a.    Definisi CKD
Gagal Ginjal Kronik (GGK/CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB, Vol 2 hal 1448).
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001)
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001)
b.   Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :      
1)   Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2)   Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3)   Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4)   Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
5)   Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6)   Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7)   Nefropati toksik
8)   Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)
c.    Patofisiologi
Menurut Price S. Anderson (2000), Elizabeth Crowin (2000) dan Guyton (l997) patofisiologi gagal ginjal kronik yang disebabkan oleh hipertensi dapat menyebabkan penurunan perfusi renal yang mengakibatkan terjadinya kerusakan parenkim ginjal. Hal ini menyebabkan peningkatan renin dan meningkatkan angiotensin II, selanjutnya angiotensin II dapat menyebabkan dua hal yaitu peningkatan aldosteron dan vasokonstriksi arteriol. Pada kondisi peningkatan aldosteron, akan meningkatkan reabsorpsi natrium, natrium akan meningkat di cairan ekstraseluler sehingga menyebabkan retensi air dan peningkatan volume cairan ekstraseluler. Pada vasokonstriksi arteriol terjadi peningkatan tekanan glomerulus, hal ini akan menyebabkan kerusakan pada nefron, sehingga laju filtrasi glomerulus menurun. Sebagai kompensasi dari penurunan laju filtrasi menurun, maka kerja nefron yang masih normal akan meningkat sampai akhirnya mengalami hipertrofi. Pada kondisi hipertrofi akan meningkatkan filtrasi cairan tetapi reabsorbsi cairan tubulus menurun, protein di tubulus di ekskresikan ke urine (proteinuria) yang menyebabkan penurunan protein plasma (hipoproteinemia), hipoalbuminemia, dan penurunan tekanan onkotik kapiler. Penurunan tekanan onkotik kapiler menyebabkan edema anasarka. Pada edema anasarka akan menekan kapiler-kapiler kecil dan syaraf yang akhirnya terjadi hipoksia jaringan. Penurunan GFR lebih lanjut akan menyebabkan tubuh tidak mampu membuang air, garam dan sisa metabolisme, sehingga terjadi sindrom uremia. Sindrome uremia akan meningkatkan zat-zat sisa nitrogen, akhirnya terjadi rasa lelah, anoreksia, mual dan muntah.
d.   Klasifikasi
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 50 ml/menit. Gagal ginjal kronik dibagi menjadi empat stadium berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) :
1)   GGK ringan : LFG 30 – 50 ml/menit
2)   GGK sedang : LFG 10 – 29 ml/menit
3)   GGK berat : LFG <10 ml/menit
4)   Gagal Ginjal Terminal : LFG <5 ml/menit
3.      Hiperurisemia
a.    Definisi
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat diatas normal. Secara biokimiawi akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di serum yang melewati ambang batasnya. Batasan urisemia secara ideal yaitu kadar asam urat diatas 2 standar deviasi hasil laboratorium pada populasi normal. Namun secara pragmatis dapat digunakan patokan kadar asam urat >7 mg% pada laki-laki, dan > 6 mg% pada perempuan. Keadaan hiperurisemia akan beresiko timbulnya arthritis gout, nefropati gout, atau batu ginjal. Hiperurisemia dapat terjadi akibat peningkatan metabolisme asam urat, penurunan ekskresi asam urat urin, atau gabungan keduanya (Andry Hartono, 2006).
b.   Etiologi
Penyebab hiperurisemia sebagai suatu proses metabolik yang dapat menimbulkan manifestasi penyakit gout dibedakan menjadi penyebab primer dan sekunder. Penyebab primer merupakan penyebab yang tidak berasal dari penyakit lain, sedangkan penyebab sekunder didapatkan penyebab lain, baik genetik maupun metabolik. Pada 99% kasus gout dan hiperurisemia dengan penyebab primer, ditemukan adanya kelainan molekuler yang tidak jelas (indefined) meskipun diketahui adanya mekanisme undersecretion pada 80-90% kasus dan overproduction pada 10-20% kasus.
Kelompok hiperurisemia dan gout sekunder melalui mekanisme overproduction seperti gangguan metabolisme purin. Sedangkan mekanisme undersecretion dapat ditemukan pada keadaan penyakit ginjal kronik, dehidrasi, dibetes insipidus, peminum alkohol, myxodema, hiperparatiroid, ketoasidosis dan keracunan berilium.
c.    Patofisiologi
Gambaran klasik artritis gout yang berat dan akut ada kaitan langsung dengan hiperurisemia (asam urat serum tinggi). Gout mungkin primer atau sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung pernbentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan an karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.
Endapan urat dalam sendi atau traktus urinarius dialkibatkan: karena, asam urat yang rendah daya larutnya dan akibat garam-garainnya. Asam. urat yang berlebihan dan garam-garam tersebut keluar dari serum dan urin masing-masing mengendap dalam sendi dan traktus urinarius
d.   Gambaran Klinis
Gout akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas dan sesudah menopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak diternui pada usia 50-60. Gout lebih banyak dijumpai pada pria, sekitar 95 persen penderita gout adalah pria. Urat serum wanita normal jumahnya sekitar 1 mg per 100 mI, lebih sedikit jika dibandingkn dengan pria. Tetapi sesudah menopause perubahan tersebut kurang nyata. Pada pria hiperurisemia biasanya tidak timbul sebelurn mereka mencapai usia remaja.
Gout Akut biasanya monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda awitan serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien mungkin juga menderita demam dan jumlah sel darah putih meningkat. Serangan akut mungkin didahului oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol dan stres emosional. Meskipun yang paling sering terserang mula-mula adalah ibu jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat juga terserang. Dengan semakin lanjutnya penyakit maka sendi jari, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan siku dapat terserang gout. Serangan gout akut biasanya dapat sembuh sendiri. Kebanyakan gejala-gejala serangan Akut akan berkurang setelah 10-14 hari walaupun tanpa pengobatan.
B.  Penatalaksanaan Diet
1.      Diet Nepropati Diabetik
Tujuan Diet memberikan makanan yang adekuat untuk :
a.    Mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
b.    Menurunkan kadar ureum dan creatinin darah yang tinggi.
c.    Menurunkan tekanan darah dan asam urat.
d.   Mengendalikan glukosa darah.
e.    Meningkatkan kadar Hb darah.
f.     Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. (Sunita, 2004)
Prinsip Diet
a.       B2 1900, Rendah Garam dan RP 70 gr.
Syarat Diet
a.    Energi cukup untuk mencegah katabolisme yaitu 35 kkal/kg BB.
b.    Protein diberikan 1,2 kg/BB/Hari dari total energy.
c.    Lemak sedang yaitu 25 % dari kebutuhan energi total.
d.   Karbohidrat diberikan 61 % dari total kalori.
e.    Natrium dibatasi hanya 1 – 3 g/ hari.
f.     Bentuk makanan biasa
g.    Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan (± 500 ml)
h.    Vitamin cukup apabila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C, dan vitamin D.
i.      Frekuensi makanan 3x makan utama dan 2 x makan selingan.
(Sunita, 2004)
2.      Diet Rendah Purin
Tujuan Diet :
a.       Mempertahankan status gizi optimal.
b.      Menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin.
(Sunita, 2004)
Prinsip Diet
a.       Rendah Purin
b.      Energi sesuai kebutuhan pasien
c.       Cukup protein
d.      Cukup lemak
Syarat Diet
a.       Energi sesuai kebutuhan tubuh mulai dari 1867,63
b.      Protein cukup yaitu 1,2 g/kg BB atau 64,03 gr.
c.       Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan purin >150 mg/100 g.
d.      Lemak sedang, yaitu 25 % dari kebutuhan energi total. Lemak berlebih dapat menghambat pengeluaran asam urat atau purin melalui urin.
e.       Karbohidrat diberikan lebiih banyak yaitu 61 % dari kebutuhan energi total. Karbohidrat yang lebih diutamakan adalah karbohidrat kompleks.
f.         Vitamin dan mineral disesuaikan dengan ebutuhan.
g.      Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Rata-rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2-2 ½ liter/hari.
(Sunita, 2004)




                                                                                                         BAB III
PERENCANAAN ASUHAN GIZI

Nama  :    Tn. Abdul Rahman                                                                                                        Jenis Kelamin      :            Laki-laki
Umur   :    56 Tahun                                                                                                                        Nomor Register   :            1113697/ 56
Asessment
Diagnosa Gizi
Intervensi
Rencana Monitoring
Evaluasi
Data Dasar
Identifikasi Masalah
Terapi Diet
Terapi Edukasi
1.     Diagnosa Medis saat MRS :

 DM tipe 2 + CKD St 5


2.     Keluhan Utama :
Sesak nafas sejak 2 mggu SMRS, malam sering susah tidur & keluar keringat dingin. Pasien juga sering mengalami lemah badan sejak 2 bulan terakhir serta Hb sering mengalami penurunan. Pasien sering gatal-gatal sejak 2 mggu ini.

3.     Riwayat Penyakit, sekarang  :
DM Tipe 2 + CKD St 5. Pasien sudah menjalankan cuci darah 4 hari lalu, dan sempat mengalami penurunan kesadaran.

4.     Riwayat penyakit dahulu:
DM dan Hipertensi sejak 3 tahun lalu (jarang kontrol).
Pernah operasi prostat 2008 1 X, Batu ginjal kanan 2008 (oktober), di Laser Ginjal kanan pada tahun 2008. Tiga bulan lalu periksa kedokter Putra diberi napoten dan kaptopril    3 x 1 (5 mg)

5.     R. Penyakit Keluarga :
-

6.     Skrining gizi
Antropometri (A) :
TL         = 46 Cm
Lila        = 27 Cm
TB ST     = 154 cm
BBI ST    = 50,98 kg
Status Gizi : Lila/ 31.7 X 100
        46/ 31.7 X 100 = 85. 17
(Baik)

Biokimia (B) :
GDP  = 141  mg/dl           (↑)
      (N = 60 - 100 mg/dl)
GDS = 26 mg/dl             
      (N = < 200  mg/dl)
Hb =  7,0  g/dl                    (↓)
      (N  = 11 – 16.5 g/dl)
MCV   = 79                       (↓)
      (N  = 80 – 9,7 )
MCH    =  24                     (↓)
      (N  = 26,5 – 33.5     )
MCHC  = 30,4
      (N  = 31,5 – 35,0     )
Hematokrit  = 21,5            (↓)
      (N  = 35 – 50      )
Kalium =  3,7   mmol/L
      (N = 3.5-5 mmol/L)
Ureum =  106,5  mg/dl      (↑)
      (N = 10-50 mg/dl)
Kreatini =  2,79  mg/dl      (↑)
      (N = 0.7-1.5 mg/dl)
Na       =  127  mg/dl         (↓)
      (N = 136 - 145 mg/dl)
AS. Urat = 14,7 mg/dl      (↑)
      (N = 2 - 6 mg/dl)
Clorida = 95  mg/dl          (↓)
      (N = 98 - 106 mg/dl)
Kolesterol Total  = 82  mg/dl
      (N = 130 - 220 mg/dl)  (↓)
HDL = 28  mg/dl
      (N = > 50 mg/dl)
LDL =  46  mg/dl
      (N = < 150 mg/dl)





Klinis/Fisik (C) :
  KU = Lemas
Kes = Compos mentis
TD = 140/ 90 mmg
N   = 80 X/ menit
RR =24 X/ menit
Terdapat Edema
Suhu tubuh    36  0C.


Riwayat Gizi Sekarang(D) :

Pasien mendapatkan diet DM B2 1900 dan RG, namun nafsu makan pasien kurang akibat adanya sariawan.
Recall 24 jm SMRS
E    : 1412,2 kal  (75,61 %)
P    : 42,2     gr    (65,90 %)
L    : 36,3     gr    (69,96 %)
KH : 234,9   gr    (82,47 %)

Riwayat Gizi Dahulu (E) :
Pola makan tidak teratur dengan Frekuensi makan 3x sehari. Makanan pokok yang sering dikonsumsi nasi, Lauk hewani yang sering dikonsumsi ikan hampir setiap hari, telur jarang. Lauk nabati yang sering dikonsumsi adalah tahu dan tempe. Buah dan sayur jarang di konsumsi. Lebih suka makanan yang dogoreng, serta alergi terhadap daging ayam.

7.     Lain-Lain
Pendidikan terakhir pasian SMEA bekerja sebagai seorang petani, beragama islam, memiliki 1 orang istri dan 1 orang anak.

Acute on CKD DM type II


Sesak nafas, susah tidur dan berkeringat dingin saat malam serta gatal-gatal.





Nepropati Diabetik







DM, Hipertensi dan Batu Ginjal.












Status Gizi Normal





GDP Tinggi



Hb Rendah

MCV Rendah

MCH Rendah

MCHC Normal

Hematokrit Rendah

Kalium Normal

Ureum Tinggi

Kreatinin Tinggi

Na Rendah

As. Urat Tinggi

Clorida Rendah

KT Rendah









Tensi Tinggi
Adanya Edema












E = Kurang
P = Kurang
L = Kurang














































(NI-5.4) Penurunan kebutuhan zat gizi KH disebabkan oleh penyakit DM ditandai dengan hasil Leb GDP = 141 mg/dl

(N1-5.1) Peningkatan kebutuhan gizi Fe disebabkan oleh defisiensi besi/ anemia ditandai dengan kadar Hb rendah 7,0 gr/dl.

(NI-52.2) Kelebihan intake protein disebabkan oleh disfungsi ginjal ditandai dengan peningkatan kadar ureum 106,5 mg/dl dan kreatinin 2,79 mg/dl.

(NI-5.1) Penurunan kebutuhan purin disebabkan Hiperurisemi ditandai dengan kadar As. Urat 14,7 mg/dl.


















(NI-3.2) Kelebihan Intake cairan disebabkan oleh ganguan fungsi ginjal ditandai dengan data physical yaitu Edema

(NI-5.1) Penurunan Kebutuhan Natrium disebabkan karena hipertensi ditandai dengan         TD = 140/90 mmHg.




(NI-2.1) Kurangnya intake makanan dan minuman oral disebabkan oleh nafsu makanan kurang ditandai adanya sariawan dan dengan hasil recall 24 jam :  E = 75,61 %, P = 65,90 %,           L = 69,96 %.











(NB-1.4) Kurangnya kemampuan memonitoring diri sendiri disebabkan oleh kurang perhatian terhadap informasi, kesulitan mengatur waktu ditandai dengan kebiasaan makan pasien yang jarang mengkonsumsi buah dan sayur serta lebih suka makanan yang digoreng.






Tujuan Diet :
Memberikan Makanan yang adekuat untuk :
1.     Mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
2.     Menurunkan kadar ureum dan creatinin darah yang tinggi.
3.     Menurunkan tekanan darah dan asam urat.
4.     Mengendalikan glukosa darah.
5.     Meningkatkan kadar Hb darah.



Prinsip Diet :
DM B2, Rendah Garam dan Rendah Purin.



Syarat Diit :
1.    Energi cukup untuk mencegah katabolisme yaitu 35 kkal/kg BB.
2.    Protein diberikan 1,2 kg/BB/Hari dari total energy.
3.    Lemak sedang yaitu 25 % dari kebutuhan energi total.
4.    Karbohidrat diberikan 61 % dari total kalori.
5.    Natrium dibatasi hanya 1 – 3 g/ hari.
6.    Bentuk makanan biasa
7.    Frekuensi makanan 3x makan utama dan 2 x makan selingan.

Kebutuhan energi dan zat gizi

TL = 64,19 + (2,02 x 46) - (0,04 x 56)
      = 64, 19 + (92,92) - (2,25)
      = 157,11 – 2,25
      = 154 cm
BBI  = 1,54 m2 x 22,5
         = 53,36 kg

TEE  = 35 kkal/ kg BBI
         = 35 X 53,36
         = 1867,7  Kkal






P      = 1,2 g/kg BB
        = 1.2 X 53,36
        = 64,03 Kg

% P  = 64,03 X 4
        = 256,12    X 100%
           1867,7
        = 13,71           14  %


Lemak     =  25 % X 1867,7
           9
466,92
         9
=  51,88 Gr


KH           =  61 %  X  1867,7
           4
1139,29
          4
284,82 Gr


Tujuan :
Agar pasien dan Keluarga :
·  Agar pasien memperbaiki pola makannya.
·  Mengerti tentang makanan yang boleh/tidak boleh dikonsumsi.
·  Agar pasien dapat menjalankan diet yang dianjurkan dengan benar.

Sasaran :
Pasien dan Keluarga


Waktu   :
15 menit

Tempat :
Ruang IPD 25 Kmr 4 Bet 3

Metode :
Penyuluhan Individu

Alat bantu :
Leaflet dan Food Sample

Materi :
ü Diet  DM Nephropaty
ü Diet RG dan R. Purin
ü Bahan makanan yang boleh dan tidak boleh
ü Bahan makanan yang dianjurkan.

Antopometri :
BB/3hari

Biokimia :
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
 
GDP
Hb
MCV
MCH
Hematokrit
Ureum
Kreatinin
Natrium
Asam Urat
Chlorida


Clinik :
KU/hr
Kes/hr
N/hr
RR/hr
TD/hr

Dietary :
Intake/hr

Evaluasi :
ü Menanya-kan kembali tentang materi yang disampai-kan.
ü Nafsu makan pasien

ü Kepatuhan diet pasien terhadap diet yang diberikan




Mengetahui
Clinikal Instruktur



Edi Purwanto
NIP. 197706042007011013




BAB IV
HASIL MONITORING EVALUASI

Nama  :    Tn. Abdul Rahman                                                                                                      Jenis Kelamin      :            Laki-laki
Umur   :    56 Tahun                                                                                                                     Nomor Register   :            1113697/ 56
Tanggal
Antropometri
Biokimia
CLINIK
(Fisik/Klinik)
Diet
Edukasi
Identifikasi Masalah Baru
Rencana Tindak Lanjut
13 Juni 2011
TBST     : 159 cm
BBIST   : 54,18 kg
Status Gizi LILA  
27/31,7 x 100
= 85,17 %
(Status gizi baik)
GDP = 141  mg/dl          
GDS = 26 mg/dl             
Hb =  7,0  g/dl                   
MCV = 79                      
MCH =  24                 
MCHC = 30,4
Hematokrit  = 21,5   
Kalium =  3,7   mmol/L
Ureum =  106,5  mg/dl
 Kreatini =  2,79  mg/dl
 Na =  127  mg/dl 
AS. Urat = 14,7 mg/dl
Clorida = 95  mg/dl
Kolesterol Total  = 82
HDL = 28  mg/dl
LDL =  46  mg/dl
Tinggi

Rendah
Rendah
Rendah

Rendah

Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah

KU  : Lemah
Kes : CM
Tensi : 140/90 mmHg
RR : 24 x/mnt
N: 80 x/mnt
Odema di kaki
Recall
E : 1412,2 kkal (75,61%)
P : 42,2 gr (65,90%)
L : 36,3 gr (69,96%)
KH : 234,9 gr (82,47%)

Nafsu makan masih kurang karena pasien mengalami sariawan.
Memotivasi Agar Pasien Menghabiskan Makanannya.



-
Tetap diberikan diet  DM B2 1900 kkal, RG dan Rendah Purin.
14 Juni 2011












-
GDP = 117
Kolesterol Total = 121
HDL = 34
LDL = 74
Trigliserida = 68
Ureum = 150,8
Kreatinin = 2,82
As. Urat = 10,4





Tinggi
-
Normal
Normal
Normal
Tinggi
Tinggi
Tinggi
KU  : Lemah
Kes : CM
Tensi : 130/80 mmHg
RR : 24x/mnt
N: 80x/mnt
Recall
E : 1014,5 kkal
P : 34,9 gr
L : 29,5 gr
KH :153,4 gr


Pasien Menjalani Operasi Pemasangan alat untuk cuci darah sehingga pasien puasa saat jam makan siang.
Pasien belum mematuhi diet yang diberikan maka dilakukan edukasi ulang tentang terapi diet DM Nephropaty kepada pasien.
_
Tetap diberikan diet  DM B2 1900 kkal, RG dan Rendah Purin
15 Juni 2011











Ureum     = 45
Kreatinin = 1,57
Normal
Normal
KU : Lemah
Kes  : CM
TD : 130/70 mmHg
Recall
E   : 1168,7 kkal
P   : 39,4 gr
L    : 20,4 gr
KH : 211,4 gr

Pasien Menjalani Cuci darah sehingga pasien puasa saat jam makan pagi.
Anjuran pemberian makanan dalam porsi kecil tapi sering.
_
Tetap diberikan diet Tim DM B2 1900 kkal, RG, R. Purin.
16 Juni 2011

              _
-
-
Tensi : 120/90
N : 80x/mnt
RR : 24x/mnt
Recall
E   : 998,2 kkal
P   : 36,4 gr
L   : 28,4 gr
KH: 208,6 gr

Pasien Pulang setelah makan siang. Sehingga Pengamatan hanya dilakukan untuk 2 x makan saja.
Pasien mulai mematuhi diet yang diberikan Rumah Sakit
-
Tetap diberikan diet Tim DM B2 1900 kkal RG, R.Purin.
 
                                                                                                     








BAB V
PEMBAHASAN

A.  Rencana Terapi
Pasien direncanakan diberikan diet DM B2 1900 Rendah Garam  dan Rendah Purin dengan tujuan memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi tanpa memberatkan kerja ginjal. Kebutuhan energi 1867,7 kalori per hari dengan cara pemberian oral, karena tidak terdapat masalah pada sistem pencernaan. Bentuk makanan biasa, pemberian karbohidrat rendah yaitu 61% dari total energy, Lemak diberikan 25% dari total kebutuhan energi, protein diberikan 14 % dari total kebutuhan energi.
B.  Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi
1.      Konsumsi Energi dan Zat Gizi
Konsumsi energi dan zat gizi adalah asupan zat gizi pasien selama dirawat di rumah sakit rawat inap sesuai kebutuhan pasien yang telah dihitung pada saat pasien dirawat di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar  Kota Malang dengan menggunakan rumus :

Tingkat Konsumsi = Asupan/ Intake  X  100
                                       Kebutuhan        
        
Tabel 2. Kriteria Tingkat konsumsi dari widya karya pangan gizi 2003
No
Kategori
Range
1
Lebih
>80 – 100 %
2
Baik
80 – 100 %
3
Kurang
<80 %






Tabel 3. Monitoring intake energi dan zat gizi pasien selama 3 hari pengamatan

Hari

Intake
Zat-zat Gizi
Energi (kkal)
Proetin (gr)
Lemak (gr)
KH (gr)
I
Kebutuhan
Intake
TK. Konsumsi (%)
Kategori
1867,7
1014,5
54,31
Kurang
64,03
34,9
54,50
Kurang
51,88
29,5
56,86
Kurang
284,82
153,4
53,85
Kurang
II
Kebutuhan
Intake
TK. Konsumsi (%)
Kategori
1867,7
1168,7
62,57
Kurang
64,03
39,4
61,53
Kurang
51,88
20,4
39,32
Kurang
284,82
211,4
74,22
Kurang
III
Kebutuhan
Intake
TK. Konsumsi (%)
Kategori
1867,7
998,2
53,44
Kurang
64,03
36,4
56,84
Kurang
51,88
28,4
54,74
Kurang
284,82
208,6
73,23
Kurang

Intake energi dan zat gizi pasien dilihat dengan cara melakukan recall 3 x 24 jam kepada pasien untuk mengetahui makanan apa saja yang dikonsumsi dalam tiga hari penuh selama dirawat inap namun saat pengamatan tidak sampai 3 x 24 jam, dikarenakan pasien pulang sebelum makan malam. Kemudian hasil tersebut dihitung dan dianalisa. Hasil analisa dibandingkan dengan kebutuhan pasien karena untuk menghitung intake makanannya.
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat intake makanan pasien belum mencapai angka kecukupan gizi yang dianjurkan, asupan makanan pasien hanya memenuhi setengah dari kebutuhan energi dan zat gizi. Hal ini dikarenakan nafsu makan pasien selama di rawat inap menurun dan pasien menjalani puasa saat beberapa kali jam makan untuk pemasangan alat dan cuci darah.






a.    Intake Energi
Berdasarkan perhitungan menurut kebutuhan energi dan zat gizi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Kota Malang, diketahui kebutuhan energi pasien adalah 1867,7 kalori/hari.
Tabel 4. Grafik Intake Energi
Gambar 4. Grafik Intake Energi selama pengamatan (3 hari pengamatan)

Dari gambar 4, dapat disimpulkan bahwa intake energi pasien masih dibawa kebutuhan yaitu sebesar 1867,7 kalori. Pemenuhan kebutuhan energi yang dicapai pada hari pertaman yaitu sebesar 54,31%,  62,57% untuk hari kedua, dan 53,44% untuk hari ketiga. Terjadi penurunan intake energi selama 3 hari pengamatan, hal ini disebabkan karena pasien menjalani puasa pemasangan alat cuci darah pada hari pertama dan hari kedua saat proses homodialisa serta pasien pulang saat hari ketiga sebelum jam makan malam.






b.    Intake Protein
Berdasarkan perhitungan menurut kebutuhan energi dan zat gizi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Kota Malang, diketahui kebutuhan protein pasien adalah 64,04 gram/hari.
Tabel 5Grafik Intake Protein
Gambar 5. Grafik Intake Protein (3 hari pengamatan)
Dari gambar 5, dapat disimpulkan bahwa intake protein pasien belum sesuai dengan kebutuhan gizi yang dibutuhkan yaitu sebesar 64,03 gram perhari,  pada hari pertama pengamatan protein yang dikonsumsi pasien  yaitu 54,50 %, hari ke dua 61,53 % dan hari ke tiga yaitu 56,84 %. Hal ini disebabkan karena pasien alergi mengkonsumsi daging ayam dan telur.









c.    Intake Lemak
Berdasarkan perhitungan menurut kebutuhan energi dan zat gizi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Kota Malang, diketahui kebutuhan lemak pasien adalah 51,88 gram/hari.
Tabel 6. Grafik Intake  Lemak
Gambar 6. Grafik Intake lemak
Dari gambar 6, dapat disimpulkan bahwa intake lemak pasien  belum mencapai kebutuhan yaitu sebesar 51,88 gram perhari. Pada hari pertama yaitu 56,86%, hari ke dua yaitu 39,32%, dan hari ke tiga 54,74 %. Intek lemak pasien masih rendah dikarenakan pasien tidak mengkonsumsi telur, daging ayam, makanan yang di goreng dan berminyak.










d.   Intake Karbohidrat
Berdasarkan perhitungan menurut kebutuhan Energi dan zat gizi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Kota Malang, diketahui kebutuhan Karbohidrat pasien adalah 284,82 gram/hari.
Tabel 7. Grafik Intake Karbohidrat
 
Gambar 7. Grafik Intake Karbohidrat
Dari gambar 7, dapat disimpukan bahwa intake karbohidrat pasien belum juga memenuhi kebutuhan karbohidrat yaitu 284,82 gram perhari pada hari pertama pasien hanya mengkonsumsi KH sebesar 53,85%, hari ke dua 74,22 % dan hari ke tiga yaitu 73,23%. Pada kasus  ini karbohidrat diberikan sebesar 61 % dari total energi.
e.    Observasi Sisa Makanan Pasien
Observasi sisa makanan pasien dapat dilihat dari berapa jumlah intake yang dikonsumsi pasien dibandingkan dengan standar porsi yang disediakan pihak rumah sakit. Selama observasi dilakukan, sisa makanan selalu meningkat, pertama karena pasien menjalani operasi pemasangan alat untuk homodialisa kedua pasien menjalani puasa untuk hemodialisa serta hari ke tiga pasien makan sedikat karena ingin cepat-cepat pulang.  Bentuk makanan biasa sedangkan pasien tidak mau makan daging ayam dan telur dikarenakan alergi dampak dari penyakit ginjal.sedangkan untuk lauk nabati dihabiskan untuk sayuran setengah yang dikonsumsi.

C.    Perkembangan Pengukuran Antropometri
Dari hasil pengukuran antropometri selama 3 hari, pasien tidak mengalami penurunan berat badan walaupun pasien sering menjalani puasa dan tidak bisa mengkonsumsi lauk hewani (daging ayam dan telur).

D.    Perkembangan Pemeriksaan Biokimia/Laboratorium
Pasein melakukan pemeriksaan laboratorium pada pra pengamatan, hari pertama dan hari kedua, dari hasil laboratorium GDP, Ureum, Kreatinin dan As. Urat mengalami naik turun.
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien Sebelum Pengamatan

Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Keterangan
Pra
H1
H2
GDP
141
117
-
60 - 100 mg/dl
T
GDS
26
-
-
< 200  mg/dl
N
Hb
7,0
-
-
11 – 16.5 g/dl
R
MCV
79
-
-
80 – 9,7
R
MCH
24
-
-
26,5 – 33.5
R
MCHC
30,4
-
-
31,5 – 35,0
R
Hematokrit
21,5
-
-
35 – 50
R
Kalium
3,7
-
-
3.5-5 mmol/L
N
Ureum
106,5
150,8
45
10-50 mg/dl
T
Kreatinin
2,79
2,82
1,57
0.7-1.5 mg/dl
T
Na
127
-
-
136 - 145 mg/dl
N
As. Urat
14,7
10,4
-
2 - 6 mg/dl
T
Clorida
95
-
-
98 - 106 mg/dl
N
K. Total
82
121
-
130 - 220 mg/dl
R
HDL
28
34
-
> 50 mg/dl

LDL
46
74
-
< 150 mg/dl

Trigliserida
-
68
-


Ket :
T = Tinggi
N = Normal
R = Rendah

E.     Perkembangan Pemeriksaan Fisik/Klinis
Perkembangan fisik klinis pasien diperoleh dari pengamatan secara langsung terhadap pasien selama studi kasus. KU dari hasil pengamatan selama studi kasus, terlihat bahwa keadaan umum pasien tergolong lemah,  kesadaran pasien secara umum termasuk dalam kategori Compos Mentis, artinya kesadaran pasien tersebut sama seperti kesadaran orang normal biasa atau dengan kata lain orang tersebut dalam kondisi kesadaran penuh, suhu tubuh pada hari pertama 36°C dan pada hari pertama sampai ke tiga suhu tubuh normal.
Tabel 9. Pemeriksaan Fisik/Klinis
Uraian
14 Juni 2011
15 Juni 2011
16 Juni 2011
Kondisi
Lemah
Lemas
Baik
Suhu
36,6°C
37°C
37°C
Tekanan Darah
130/80 mmHg
130/70 mmHg
120/80 mmHg
Nadi
80 x/ menit
80 x/ menit
80 x/ menit
Respirasi
24 x/ menit
24 x/ menit
24 x/ menit

F.     Peubahan pengetahuan, Sikap/Perilaku Hasil Terapi Edukasi
Pengamatan yang dilakukan selama 3 hari, selain merencanakan konsumsi makan pasien juga memberikan motivasi agar pasien mau mengknsumsi makanan, selain itu motivasi untuk lebih mengatur pola konsumsi yang dialami saat ini, sejak hari pertaman dan kedua pengamatan pasien menjalani puasa sehingga pola konsumsinya naik turun. sedangkan monitoring hari ketiga juga masih menurun dikarenakan pasien ingin cepat keluar dari Rumah sakit.

G.    Evaluasi Asuhan Gizi
1.    Indikator keberhasilan Asuhan Gizi
Indikator keberhasilan asuhan gizi dilihat dengan cara mengukur kebutuhan dangan cara recall makanan, suhu tubuh, dan melihat perkembanganya ada tidaknya penurunan TD.
2.    Rencana tindak lanjut
Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarganya untuk selalu memberikan makan yang berasal dari rumah sakit dan makanan yang bisa di konsumsi pasien.




BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Dari studi kasus diatas dapat ditarik kesimpuln bahwa:
1.      Diagnosis penyakit pasien adalah DM tipe 2 dengan CKD St 5 dan hiperurisemia. Diagnosa ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang menunjukan tingginya kadar gula darah, ureum, kreatinin dan asam urat.
2.      Permasalahan gizi pasien adalah adanya peningkatan gula darah, ureum, kreatinin dan asam urat, serta penurunan kadar hemoglobin darah, kurangnya asupan energi dan zat gizi pasien, serta seringnya pasien mengkonsumsi makanan yang digoreng dan jarang mengkonsumsi sayur dan buah.
3.      Kebutuhan energy dan zat gizi pasien adalah sebagai berikut:
Energi : 1867,7 kkal/hari
Protein : 64,03 gr/hari
Lemak : 51,88 gr/hari
KH       : 284,82 gr/hari
4.      Terapi diet yang diberikan kepada pasien adalah diet DM B2 1900, Rendah purin 70 gr,  rendah garam dan rendah purin.
5.      Rata-rata tingkat konsumsi energi, protein, lemak dan karbohidrat pasien selama 3 hari pengamatan tergolong dalam kategori kurang.
6.      Berdasarkan data perkembangan laboratorium pasien, pada tanggal 14 Juni 2011 ada beberapa data yang menunjukkan hasil yang mengalami penurunan walau tidak seberapa antara lain GDP, Ureum, Kreatinin, dan As. Urat .
7.      Materi yang diberikan meliputi tujuan, prinsip, dan syarat diet DM Nephropaty, rendah garam dan rendah purin, pola makan yang sehat, bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi, dan daftar bahan makanan penukar ditandai dengan pasien telah memahami materi konseling yang diberikan dibuktikan dengan adanya perubahan dalam pola makan dan pemahaman materi.

B.     Saran
1.      Keluarga pasien harus memberikan motivasi dan dukungan pada pasien untuk melakukan diet yang diberikan dengan baik untuk mempercepat proses kesembuhan pasien.
2.      Keluarga pasien seharusnya berkonsultasi langsung dengan ahli gizi sehubungan dengan diet yang harus dijalani oleh pasien.























DAFTAR PUSTAKA

Andry Hartono. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC.
Arif M, Mansjoer,dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Askandar Tjokroprawiro, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Airlangga University Press.
Cornelia. 2010. Penuntun Konseling Gizi. Jakarta : PT Abadi.
Depkes. 2005. Pedoman Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Depkes.
PDGKI. 2008. Pedoman Tata Laksana Gizi Klinik. Jakarta.
Prodjosudjadi, W. 2006. Incidence, Prevalence, Treatment and Cost of End-Stage Renal Disease. Ethnicity & Disease, 16 (1), 14-16.
Sulistyorini, SST, Dkk. 2007. Buku Pedoman Diet. Malang : Rumah Sakit          Dr. Saiful Anwar Malang
Sukandar, E. 2006. Nefrologi Klinik, Edisi III, Bandung : Pusat Informasi Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK. UNPAD/RS Hasan Sadikin
Sunita Almatsier. 2004. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sunita Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sylvia Escott-Stump. 2008. Nutrition and Diagnosis – Related Care. Jakarta.

















Tanggal
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Level
15 Juni 2011
GDP
141 mg/dl
60 - 100 mg/dl
N
GDS
26 mg/dl
< 200  mg/dl
N
Hb
7,0 g/dl
11 – 16.5 g/dl
N
MCV
79
80 – 9,7
N
MCH
24
26,5 – 33.5

MCHC
30,4
31,5 – 35,0
N
Hematokrit
21,5
35 – 50
N
Kalium
3,7 mmol/L
3.5-5 mmol/L
T
Ureum
106,5 mg.dl
10-50 mg/dl
N
Kreatinin
2,79 mg/dl
0.7-1.5 mg/dl
N
Na
127 mg/dl
136 - 145 mg/dl
R
As. Urat
14,7 mg/dl
2 - 6 mg/dl
R
Clorida
95 mg/dl
98 - 106 mg/dl
N
K. Total
82 mg/dl
130 - 220 mg/dl
N
HDL
28 mg/dl
> 50 mg/dl
N
LDL
46 mg/dl
< 150 mg/dl