BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Kesehatan dan gizi merupakan faktor
penting dalam memasuki era globalisasi karena secara langsung akan berpengaruh
terhadap kualitas SDM di suatu negara, umur harapan hidup dan tingkat
pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang
sehat dan memiliki status gizi baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi
yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya
perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena
suatu hal harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit
(Depkes, 2005).
Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya
pemenuhan zat gizi pasien secara optimal baik berupa pemberian makanan pada
pasien yang dirawat maupun konseling gizi pada pasien rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik
di dalam maupun di luar rumah sakit sebagai salah satu upaya mewujudkan
Indonesia sehat 2010, merupakan tugas dan tanggungjawab tenaga kesehatan,
khususnya tenaga yang bergerak di bidang gizi.
Dalam Manajemen Asuhan Gizi Klinik
(MAGK), studi kasus merupakan salah satu
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan seorang calon ahli gizi dalam melakukan asuhan gizi pasien rawat inap.
Kasus yang digunakan dalam studi kasus ini adalah pasien penyakit dalam dengan
diagnosis DM Tipe 2
+ CKD St 5 (Nepropati Diabetik)
yang dirawat di Ruang IPD 25 Kamar 4
Bet 3 RSU Dr. Saiful
Anwar Malang.
Salah satu
penyakit akibat diabetes adalah penyakit ginjal diabetik.
Di Asia hampir 60% dari penyandang diabetes tipe 2 menderita nefropati
diabetik. Begitu pula frekuensi hipertensi cukup tinggi sekitar 33%. Beberapa
penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingginya tekanan darah
pada diabetes dengan komplikasi ginjal dan kardio vascular (jantung &
pembuluh darah).
Penderita
diabetes dengan hipertensi, mempunyai risiko
lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung koroner ataupun stroke. Sebagai
faktor prediksi adanya komplikasi kardiovaskular dan ginjal pada
diabetes-hipertensi adalah adanya mikro- albuminuria (adanya albumin/zat
protein pada air kencing).
Gejala Klinik
Nefropati diabetik merupakan gangguan fungsi
ginjal akibat kebocoran glomerulus (selaput penyaring darah dalam ginjal). Gula
yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein, sehingga mengubah
struktur dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya
penghalang protein rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin/air kencing
(albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk pada ginjal.
Gangguan ginjal
dapat menyebabkan fungsi ekskresi (membuang), filtrasi (menyaring) dan hormonal
terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran
zat-zat racun lewat urin, maka zat racun tertimbun. Tubuh pun menjadi bengkak
dan dapat berisiko kematian.
Selain berfungsi sebagai ekskresi,
ginjal juga memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi memproduksi sel
darah merah. Gangguan di ginjal dapat menurunkan hormon tersebut, sehingga
menyebabkan anemia (kekurangan darah merah).
Salah satu
terapi yang diberikan untuk penderita DM Tipe 2 + CKD St 5 (Nepropati
Diabetik) adalah terapi diet. Terapi
diet bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lain guna mencegah
dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Diet yang diberikan untuk penderita Nepropati Diabetik dan asam urat tinggi
adalah diet Nepropati
Diabetik (diet dialisa RP 70 dan Rpu).
B. Tujuan
1.
Umum
Mahasiswa mampu
merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik di rumah sakit yang meliputi analisis tentang
pengkajian, perencanaan, penerapan, evaluasi dan membuat laporan.
2.
Khusus
a. Mahasiswa
mampu mengkaji data dasar (inventarisasi data subyektif dan obyektif pasien).
b. Mahasiswa
mampu mengidentifikasi masalah gizi dan menganalisis tingkat resiko gizi.
c. Mahasiswa
mampu memahami diagnosis gizi yang ditentukan ahli gizi.
d. Mahasiswa
mampu melakukan intervensi gizi (rencana dan implementasi asuhan gizi pasien).
e.
Mahasiswa
mampu melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi pasien.
f.
Mahasiswa mampu melakukan edukasi dietetik mandiri.
g.
Mahasiswa mampu menyusun laporan asuhan gizi klinik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Gambaran Umum
1.
Diabetes Melitus
a.
Definisi
Diabetes Mellitus
merupakan serangkaian gangguan atau sindroma di mana tubuh tidak mampu mengatur
secara tepat pengolahan, atau metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
(McWright, 2008). Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka Diabetes
Mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklorotik
dan penyakit vascular mikroangiopati, dan neuropati (Price dan Wilson, 2003).
Diabetes Mellitus biasanya disebabkan karena peningkatan kadar gula (glukosa)
dalam darah (hiperglikemia) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut
maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif
berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang
(Depkes, 2005).
b.
Etiologi
Terdapat 2 tipe Diabetes Mellitus
berdasarkan diabetes yang sering terjadi yaitu diabetes tipe 1 atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan diabetes tipe 2 atau Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes tipe 1 disebabkan oleh destruksi
sel ß pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan diabetes tipe 2
disebabkan kegagalan relatif sel ß dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringsan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh sel hati. Sel ß tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi
relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin
pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel ß pankreas mengalami desentisasi
terhadap glukosa (Mansjoer, dkk., 2001).
c.
Gejala
dan tanda
Gejala dan tanda-tanda penyakit Diabetes
Mellitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik
1)
Gejala akut
Pada permulaannya gejala yang
ditunjukkan meliputi banyak makan (polifagia), banyak minum (polidipsia), dan
banyak kencing (poliuria). Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat
badan yang terus bertambah, karena pada saat ini jumlah insulin masih
mencukupi. Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, maka dapat sering timbul
keluhan polidipsia dan poliuria dan keluhan lain berupa turunnya nafsu makan
(tidak polifagia lagi) bahkan kadang-kadang diikuti dengan mual jika kadar
glukosa darah melebihi 500 mg/dl, berat badan turun dengan cepat (dapat turun
5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati lagi
dapat menimbulkan rasa mual dan dapat terjadi koma diabetik (penderita tidak
sadarkan diri).
2) Gejala kronik
Gejala
kronik yang sering timbul antara lain :
a)
Kesemutan
b)
Kulit terasa panas atau
seperti tertusuk-tsuk jarum
c)
Terasa tebal di kulit,
sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau kasur
d) Kram
e)
Lelah
f)
Mudah mengantuk
g)
Mata kabur
h)
Gatal di sekitar
kemaluan, terutama wanita
i)
Gigi mudah goyah dan
mudah lepas
j)
Kemampuan seksual
menurun, bahkan impoten
k)
Pada ibu hamil sering
mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau berat bayi lahir
lebih dari 4 kg (Tjokroprawiro, 2006).
d.
Diagnosis
dan klasifikasi
Menurut
kriteria Internasional Diabetes Federation (IDF), American Diabetes Association
(ADA), dan Perkumpulan Endrokionologi Indonesia (Perkeni), apabila glukosa
darah pada saat puasa di atas 126 mg/dl dan 2 jam sesudah makan di atas 200
mg/dl, diagnosis diabetes bisa
dipastikan. Apabila kadar glukosa darah puasa di antara 111-125 mg/dl,
maka keadan iini disebut keadaan glukosa puasa terganggu atau Impaired Fasting Glucose (IFG). Ada pula
yang menamakannya Borderline Diabetes atau
Prediabetes. Apabila keadaan ini
terjadi, dokter harus segera mengambil langkah untuk mengontrol glukosa darah
pasien agar tidak timbul komplikasi serius di kemudian hari (Tandra, 2008).
Tabel
1. Kriteria Diagnosis Diabetes (WHO)
Kadar Glukosa Darah
Mg/dl
mmol/dl
|
Diabetes
Mellitus
Puasa
≥126
≥7.0
2 jam sesudah
makan ≥200 ≥11.1
Impaired
Glucose Tolerance(IGT)
Puasa
<126
<7.0
2 jam sesudah
makan ≥140 & <200 ≥7.8 & <11.1
Impaired
Fasting Glucoce(IFG)
Puasa
≥110 & <126
≥6.1 & <7.0
2 jam sesudah
makan
<140
<7.8
|
Sumber
: Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes (Tandra, 2008)
Jika kadar glukosa darah tidak normal tetapi belum
termasuk kriteria diagnosis untuk diabetes, misalnya glukosa darah puasa di
bawah 140 mg/dl tetapi 2 jam sesudah makan 140-200 mg/dl, keadaan ini disebut
sebagai Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan resiko terkena diabetes tipe 2
jauh lebih besar dari pada orang biasa. Bila dokter curiga telah muncul TGT,
pasien dianjurkan untuk menjalani Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) atau Oral Glucose Tolerance Test (OGTT)
(Tandra, 2008).
e.
Komplikasi
1)
Komplikasi Akut
Komplikasi yang akut akibat DM terjadi
secara mendadak. Keluhan dan gejalanya terjadi dengan cepat dan biasanya berat.
Komplikasi akut umumnya timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah
(hipoglikemia) atau terlalu tinggi (hiperglikemia) (Tandra, 2008).
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang
abnormal rendah) terjadi jika kadar glukosa darah turun dibawah 50 hingga 60
mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral
yang berlebihan, tetapi konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena
aktivitas fisik yang berat. Sedangkan hiperglikemia terdapat dua macam yaitu
diabetes ketoasidosis dan sindrom HHNK (koma Hiperglikemik Hiperosmoler Non Ketotik) (Brunner & Suddarth, 2001).
2) Komplikasi Kronis
Untuk diabetisi yang
sudah bertahun-tahun, dapat juga muncul berbagai kerusakan atau komplikasi yang
kronis, seperti kerusakan ginjal (nephropathy), kerusakan mata (retinopathy),
penyakit jantung, kerusakan pembuluh darah (angiopathy) dan kerusakan syaraf
(neuropathy). Untuk kerusakan pembuluh darah (angiopathy) dan kerusakan syaraf
(neuropathy) dapat menyebabkan komplikasi yang sangat serius yaitu kaki
diabetik (Tandra, 2008).
2.
CKD
a.
Definisi
CKD
Gagal Ginjal
Kronik (GGK/CKD) adalah
gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah) ( KMB, Vol 2 hal 1448).
Gagal ginjal
kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal
yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min.
(Suyono, et al, 2001)
Gagal ginjal kronis merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001)
b.
Etiologi
Penyebab dari gagal
ginjal kronis antara lain :
1) Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2) Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3) Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis,
stenosis arteri renalis)
4) Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis
nodusa, sklerosis sitemik)
5) Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal
polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6) Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7) Nefropati toksik
8) Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)
c.
Patofisiologi
Menurut Price S.
Anderson (2000), Elizabeth Crowin (2000) dan Guyton (l997) patofisiologi gagal
ginjal kronik yang disebabkan oleh hipertensi dapat menyebabkan penurunan
perfusi renal yang mengakibatkan terjadinya kerusakan parenkim ginjal. Hal ini menyebabkan
peningkatan renin dan meningkatkan angiotensin II, selanjutnya angiotensin II dapat
menyebabkan dua hal yaitu peningkatan aldosteron dan vasokonstriksi arteriol.
Pada kondisi peningkatan aldosteron, akan meningkatkan reabsorpsi natrium,
natrium akan meningkat di cairan ekstraseluler sehingga menyebabkan retensi air
dan peningkatan volume cairan ekstraseluler. Pada vasokonstriksi arteriol
terjadi peningkatan tekanan glomerulus, hal ini akan menyebabkan kerusakan pada
nefron, sehingga laju filtrasi glomerulus menurun. Sebagai kompensasi dari
penurunan laju filtrasi menurun, maka kerja nefron yang masih normal akan
meningkat sampai akhirnya mengalami hipertrofi. Pada kondisi hipertrofi akan
meningkatkan filtrasi cairan tetapi reabsorbsi cairan tubulus menurun, protein
di tubulus di ekskresikan ke urine (proteinuria) yang menyebabkan penurunan
protein plasma (hipoproteinemia), hipoalbuminemia, dan penurunan tekanan
onkotik kapiler. Penurunan tekanan onkotik kapiler menyebabkan edema anasarka.
Pada edema anasarka akan menekan kapiler-kapiler kecil dan syaraf yang akhirnya
terjadi hipoksia jaringan. Penurunan GFR lebih lanjut akan menyebabkan tubuh
tidak mampu membuang air, garam dan sisa metabolisme, sehingga terjadi sindrom uremia. Sindrome uremia akan
meningkatkan zat-zat sisa nitrogen, akhirnya terjadi rasa lelah, anoreksia,
mual dan muntah.
d.
Klasifikasi
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut
dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 50 ml/menit. Gagal ginjal
kronik dibagi menjadi empat stadium berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
:
1)
GGK ringan : LFG 30 – 50 ml/menit
2)
GGK sedang : LFG 10 – 29 ml/menit
3)
GGK berat : LFG <10 ml/menit
4)
Gagal Ginjal Terminal : LFG <5 ml/menit
3. Hiperurisemia
a.
Definisi
Hiperurisemia adalah
keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat diatas normal. Secara
biokimiawi akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di serum yang
melewati ambang batasnya. Batasan urisemia secara ideal yaitu kadar asam urat
diatas 2 standar deviasi hasil laboratorium pada populasi normal. Namun secara
pragmatis dapat digunakan patokan kadar asam urat >7 mg% pada laki-laki, dan
> 6 mg% pada perempuan. Keadaan hiperurisemia akan beresiko timbulnya
arthritis gout, nefropati gout, atau batu ginjal. Hiperurisemia dapat terjadi
akibat peningkatan metabolisme asam urat, penurunan ekskresi asam urat urin,
atau gabungan keduanya (Andry Hartono, 2006).
b.
Etiologi
Penyebab hiperurisemia sebagai suatu
proses metabolik yang dapat menimbulkan manifestasi penyakit gout dibedakan
menjadi penyebab primer dan sekunder. Penyebab primer merupakan penyebab yang
tidak berasal dari penyakit lain, sedangkan penyebab sekunder didapatkan penyebab
lain, baik genetik maupun metabolik. Pada 99% kasus gout dan hiperurisemia
dengan penyebab primer, ditemukan adanya kelainan molekuler yang tidak jelas (indefined) meskipun diketahui adanya
mekanisme undersecretion pada 80-90%
kasus dan overproduction pada 10-20%
kasus.
Kelompok
hiperurisemia dan gout sekunder melalui mekanisme overproduction seperti gangguan metabolisme purin. Sedangkan
mekanisme undersecretion dapat
ditemukan pada keadaan penyakit ginjal kronik, dehidrasi, dibetes insipidus,
peminum alkohol, myxodema, hiperparatiroid, ketoasidosis dan keracunan
berilium.
c.
Patofisiologi
Gambaran
klasik artritis gout yang berat dan akut ada kaitan langsung dengan
hiperurisemia (asam urat serum tinggi). Gout
mungkin primer atau sekunder. Gout
primer merupakan akibat langsung pernbentukan asam urat tubuh yang
berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan an karena pembentukan asam urat yang
berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain
atau pemakaian obat tertentu.
Endapan
urat dalam sendi atau traktus urinarius dialkibatkan: karena, asam urat yang
rendah daya larutnya dan akibat garam-garainnya. Asam. urat yang berlebihan dan
garam-garam tersebut keluar dari serum dan urin masing-masing mengendap dalam
sendi dan traktus urinarius
d.
Gambaran
Klinis
Gout akut biasanya terjadi pada pria
sesudah lewat masa pubertas dan sesudah menopause pada wanita, sedangkan kasus
yang paling banyak diternui pada usia 50-60. Gout lebih banyak dijumpai pada
pria, sekitar 95 persen penderita gout adalah pria. Urat serum wanita normal
jumahnya sekitar 1 mg per 100 mI, lebih sedikit jika dibandingkn dengan pria.
Tetapi sesudah menopause perubahan tersebut kurang nyata. Pada pria
hiperurisemia biasanya tidak timbul sebelurn mereka mencapai usia remaja.
Gout Akut biasanya monoartikular dan
timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda awitan serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien mungkin
juga menderita demam dan jumlah sel darah putih meningkat.
Serangan akut mungkin didahului oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat,
alkohol dan stres emosional. Meskipun yang paling sering terserang mula-mula
adalah ibu jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat juga terserang. Dengan semakin
lanjutnya penyakit maka sendi jari, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki
dan siku dapat terserang gout. Serangan gout akut biasanya dapat sembuh
sendiri. Kebanyakan gejala-gejala serangan Akut akan berkurang setelah 10-14
hari walaupun tanpa pengobatan.
B.
Penatalaksanaan Diet
1.
Diet
Nepropati
Diabetik
Tujuan
Diet memberikan makanan yang adekuat untuk :
a.
Mempertahankan
status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak
memberatkan kerja ginjal.
b.
Menurunkan
kadar ureum dan creatinin darah yang tinggi.
c.
Menurunkan tekanan darah dan asam urat.
d.
Mengendalikan glukosa darah.
e.
Meningkatkan kadar Hb darah.
f.
Mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit. (Sunita, 2004)
Prinsip
Diet
a. B2 1900, Rendah Garam dan RP 70 gr.
Syarat
Diet
a.
Energi
cukup untuk mencegah katabolisme yaitu 35 kkal/kg BB.
b.
Protein diberikan 1,2 kg/BB/Hari dari total energy.
c.
Lemak sedang yaitu 25 % dari kebutuhan energi total.
d.
Karbohidrat diberikan 61 % dari total kalori.
e.
Natrium dibatasi hanya 1 – 3 g/ hari.
f.
Bentuk makanan biasa
g.
Cairan dibatasi yaitu
sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui keringat dan
pernapasan (± 500 ml)
h.
Vitamin cukup apabila
perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C, dan vitamin D.
i.
Frekuensi makanan 3x makan utama dan 2 x makan selingan.
(Sunita, 2004)
2.
Diet
Rendah Purin
Tujuan
Diet :
a. Mempertahankan
status gizi optimal.
b. Menurunkan
kadar asam urat dalam darah dan urin.
(Sunita, 2004)
Prinsip
Diet
a. Rendah
Purin
b. Energi
sesuai kebutuhan pasien
c. Cukup
protein
d. Cukup
lemak
Syarat
Diet
a. Energi
sesuai kebutuhan tubuh mulai dari
1867,63
b. Protein
cukup yaitu 1,2
g/kg BB atau 64,03 gr.
c. Hindari
bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan purin >150 mg/100 g.
d. Lemak
sedang, yaitu 25 %
dari kebutuhan energi total. Lemak berlebih dapat menghambat pengeluaran asam
urat atau purin melalui urin.
e. Karbohidrat
diberikan lebiih banyak yaitu 61 %
dari kebutuhan energi total. Karbohidrat yang lebih diutamakan adalah
karbohidrat kompleks.
f. Vitamin dan mineral disesuaikan dengan
ebutuhan.
g. Cairan
disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Rata-rata asupan cairan
yang dianjurkan adalah 2-2 ½ liter/hari.
(Sunita, 2004)
BAB
III
PERENCANAAN
ASUHAN GIZI
Nama : Tn.
Abdul Rahman Jenis
Kelamin : Laki-laki
Umur : 56
Tahun Nomor
Register : 1113697/ 56
Asessment
|
Diagnosa
Gizi
|
Intervensi
|
Rencana
Monitoring
Evaluasi
|
||||
Data
Dasar
|
Identifikasi
Masalah
|
Terapi
Diet
|
Terapi
Edukasi
|
||||
1. Diagnosa
Medis saat MRS :
DM tipe 2 + CKD St 5
2. Keluhan
Utama :
Sesak
nafas sejak 2 mggu SMRS, malam sering susah tidur & keluar keringat
dingin. Pasien juga sering mengalami lemah badan sejak 2 bulan terakhir serta
Hb sering mengalami penurunan. Pasien sering gatal-gatal sejak 2 mggu ini.
3. Riwayat
Penyakit, sekarang :
DM
Tipe 2 + CKD St 5. Pasien sudah menjalankan cuci darah 4 hari lalu, dan
sempat mengalami penurunan kesadaran.
4. Riwayat
penyakit dahulu:
DM dan Hipertensi sejak 3 tahun lalu (jarang
kontrol).
Pernah operasi prostat 2008 1 X, Batu ginjal kanan
2008 (oktober), di Laser Ginjal kanan pada tahun 2008. Tiga bulan lalu
periksa kedokter Putra diberi napoten dan kaptopril 3 x 1 (5 mg)
5. R.
Penyakit Keluarga :
-
6. Skrining
gizi
Antropometri
(A) :
TL = 46 Cm
Lila = 27 Cm
TB ST = 154 cm
BBI ST = 50,98 kg
Status Gizi : Lila/ 31.7 X 100
46/ 31.7 X 100 = 85. 17
(Baik)
Biokimia
(B) :
GDP
= 141 mg/dl (↑)
(N = 60 - 100 mg/dl)
GDS = 26 mg/dl
(N = < 200 mg/dl)
Hb =
7,0 g/dl (↓)
(N = 11 – 16.5 g/dl)
MCV
= 79 (↓)
(N = 80 – 9,7 )
MCH
= 24 (↓)
(N = 26,5 – 33.5 )
MCHC
= 30,4
(N = 31,5 – 35,0 )
Hematokrit = 21,5 (↓)
(N = 35 – 50 )
Kalium = 3,7
mmol/L
(N = 3.5-5 mmol/L)
Ureum = 106,5
mg/dl (↑)
(N = 10-50 mg/dl)
Kreatini = 2,79
mg/dl (↑)
(N = 0.7-1.5 mg/dl)
Na =
127 mg/dl (↓)
(N = 136 - 145 mg/dl)
AS. Urat = 14,7 mg/dl (↑)
(N = 2 - 6 mg/dl)
Clorida = 95 mg/dl (↓)
(N = 98 - 106 mg/dl)
Kolesterol Total = 82
mg/dl
(N = 130 - 220 mg/dl) (↓)
HDL = 28 mg/dl
(N = > 50 mg/dl)
LDL =
46 mg/dl
(N = < 150 mg/dl)
Klinis/Fisik (C) :
KU = Lemas
Kes = Compos mentis
TD = 140/ 90 mmg
N = 80 X/
menit
RR =24 X/ menit
Terdapat Edema
Suhu tubuh
36 0C.
Riwayat Gizi Sekarang(D) :
Pasien
mendapatkan diet DM B2 1900 dan RG, namun nafsu makan pasien kurang akibat
adanya sariawan.
Recall 24 jm SMRS
E : 1412,2 kal (75,61 %)
P : 42,2 gr
(65,90
%)
L : 36,3 gr
(69,96
%)
KH : 234,9 gr
(82,47 %)
Riwayat Gizi Dahulu (E) :
Pola
makan tidak teratur dengan Frekuensi makan 3x sehari. Makanan pokok yang
sering dikonsumsi nasi, Lauk hewani yang sering dikonsumsi ikan hampir setiap
hari, telur jarang. Lauk nabati yang sering dikonsumsi adalah tahu dan tempe.
Buah dan sayur jarang di
konsumsi. Lebih suka makanan yang dogoreng, serta alergi terhadap daging
ayam.
7. Lain-Lain
Pendidikan terakhir pasian SMEA bekerja sebagai
seorang petani, beragama islam, memiliki 1 orang istri dan 1 orang anak.
|
Acute on CKD DM type II
Sesak
nafas, susah tidur dan berkeringat dingin saat malam serta gatal-gatal.
Nepropati
Diabetik
DM,
Hipertensi dan Batu Ginjal.
Status
Gizi Normal
GDP
Tinggi
Hb
Rendah
MCV
Rendah
MCH
Rendah
MCHC
Normal
Hematokrit
Rendah
Kalium
Normal
Ureum
Tinggi
Kreatinin
Tinggi
Na
Rendah
As.
Urat Tinggi
Clorida
Rendah
KT
Rendah
Tensi
Tinggi
Adanya
Edema
E
= Kurang
P
= Kurang
L
= Kurang
|
(NI-5.4)
Penurunan kebutuhan zat gizi KH disebabkan oleh penyakit DM ditandai dengan
hasil Leb GDP = 141 mg/dl
(N1-5.1)
Peningkatan kebutuhan gizi Fe disebabkan oleh defisiensi besi/ anemia
ditandai dengan kadar Hb rendah 7,0 gr/dl.
(NI-52.2)
Kelebihan intake protein disebabkan oleh disfungsi ginjal ditandai dengan
peningkatan kadar ureum 106,5 mg/dl dan kreatinin 2,79 mg/dl.
(NI-5.1)
Penurunan kebutuhan purin disebabkan Hiperurisemi ditandai dengan kadar As.
Urat 14,7 mg/dl.
(NI-3.2)
Kelebihan Intake cairan disebabkan oleh ganguan fungsi ginjal ditandai dengan
data physical yaitu Edema
(NI-5.1)
Penurunan Kebutuhan Natrium disebabkan karena hipertensi ditandai dengan TD = 140/90 mmHg.
(NI-2.1)
Kurangnya intake makanan dan minuman oral disebabkan oleh nafsu makanan
kurang ditandai adanya sariawan dan dengan hasil recall 24 jam : E = 75,61 %, P = 65,90 %, L = 69,96 %.
(NB-1.4)
Kurangnya kemampuan memonitoring diri sendiri disebabkan oleh kurang
perhatian terhadap informasi, kesulitan mengatur waktu ditandai dengan
kebiasaan makan pasien yang jarang mengkonsumsi buah dan sayur serta lebih
suka makanan yang digoreng.
|
Tujuan Diet :
Memberikan Makanan yang adekuat untuk :
1. Mempertahankan
status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak
memberatkan kerja ginjal.
2. Menurunkan
kadar ureum dan creatinin darah yang tinggi.
3. Menurunkan tekanan darah dan asam urat.
4. Mengendalikan glukosa darah.
5. Meningkatkan kadar Hb darah.
Prinsip Diet :
DM B2, Rendah Garam dan Rendah Purin.
Syarat Diit :
1. Energi
cukup untuk mencegah katabolisme yaitu 35 kkal/kg BB.
2. Protein diberikan 1,2 kg/BB/Hari dari total energy.
3. Lemak sedang yaitu 25 % dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat diberikan 61 % dari total kalori.
5. Natrium dibatasi hanya 1 – 3 g/ hari.
6. Bentuk makanan biasa
7. Frekuensi makanan 3x makan utama dan 2 x makan selingan.
Kebutuhan
energi dan zat gizi
TL
= 64,19 + (2,02 x 46) - (0,04 x 56)
= 64, 19 +
(92,92) - (2,25)
= 157,11 – 2,25
= 154 cm
BBI = 1,54 m2 x 22,5
= 53,36 kg
TEE = 35 kkal/ kg BBI
= 35 X 53,36
= 1867,7 Kkal
P = 1,2 g/kg BB
= 1.2 X 53,36
= 64,03 Kg
%
P = 64,03 X 4
= 256,12 X 100%
1867,7
= 13,71 14
%
Lemak = 25 % X 1867,7
9
= 466,92
9
= 51,88 Gr
KH
= 61 % X 1867,7
4
= 1139,29
4
= 284,82 Gr
|
Tujuan :
Agar pasien dan Keluarga :
· Agar pasien memperbaiki pola makannya.
· Mengerti tentang makanan yang boleh/tidak
boleh dikonsumsi.
· Agar pasien dapat menjalankan diet yang
dianjurkan dengan benar.
Sasaran :
Pasien dan Keluarga
Waktu :
15 menit
Tempat :
Ruang IPD 25 Kmr
4 Bet 3
Metode :
Penyuluhan Individu
Alat bantu :
Leaflet dan Food Sample
Materi :
ü Diet
DM Nephropaty
ü Diet RG dan R. Purin
ü Bahan makanan yang boleh dan tidak boleh
ü Bahan makanan yang dianjurkan.
|
Antopometri :
BB/3hari
Biokimia :
Hb
MCV
MCH
Hematokrit
Ureum
Kreatinin
Natrium
Asam Urat
Chlorida
Clinik :
KU/hr
Kes/hr
N/hr
RR/hr
TD/hr
Dietary :
Intake/hr
Evaluasi :
ü Menanya-kan kembali tentang materi yang
disampai-kan.
ü Nafsu makan pasien
ü Kepatuhan diet pasien terhadap diet yang
diberikan
|
Mengetahui
Clinikal Instruktur
Edi Purwanto
NIP.
197706042007011013
BAB
IV
HASIL MONITORING EVALUASI
Nama : Tn.
Abdul Rahman Jenis
Kelamin : Laki-laki
Umur : 56
Tahun Nomor
Register : 1113697/ 56
Tanggal
|
Antropometri
|
Biokimia
|
CLINIK
(Fisik/Klinik)
|
Diet
|
Edukasi
|
Identifikasi Masalah Baru
|
Rencana Tindak Lanjut
|
|
13 Juni 2011
|
TBST : 159 cm
BBIST : 54,18 kg
Status Gizi LILA
27/31,7 x 100
= 85,17 %
(Status gizi baik)
|
GDP = 141
mg/dl
GDS = 26 mg/dl
Hb =
7,0 g/dl
MCV = 79
MCH =
24
MCHC = 30,4
Hematokrit
= 21,5
Kalium =
3,7 mmol/L
Ureum =
106,5 mg/dl
Kreatini
= 2,79
mg/dl
Na = 127
mg/dl
AS. Urat = 14,7 mg/dl
Clorida = 95
mg/dl
Kolesterol Total
= 82
HDL = 28
mg/dl
LDL =
46 mg/dl
|
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
|
KU : Lemah
Kes : CM
Tensi : 140/90 mmHg
RR : 24 x/mnt
N: 80 x/mnt
Odema di kaki
|
Recall
E : 1412,2 kkal (75,61%)
P : 42,2 gr (65,90%)
L : 36,3 gr (69,96%)
KH : 234,9 gr (82,47%)
Nafsu makan masih kurang karena
pasien mengalami sariawan.
|
Memotivasi Agar Pasien
Menghabiskan Makanannya.
|
-
|
Tetap diberikan
diet DM B2 1900 kkal, RG dan Rendah
Purin.
|
14 Juni 2011
|
-
|
GDP
= 117
Kolesterol
Total = 121
HDL
= 34
LDL
= 74
Trigliserida
= 68
Ureum
= 150,8
Kreatinin
= 2,82
As.
Urat = 10,4
|
Tinggi
-
Normal
Normal
Normal
Tinggi
Tinggi
Tinggi
|
KU : Lemah
Kes : CM
Tensi : 130/80 mmHg
RR : 24x/mnt
N: 80x/mnt
|
Recall
E : 1014,5 kkal
P : 34,9 gr
L : 29,5 gr
KH :153,4 gr
Pasien Menjalani Operasi
Pemasangan alat untuk cuci darah sehingga pasien puasa saat jam makan siang.
|
Pasien belum mematuhi diet yang
diberikan maka dilakukan edukasi ulang tentang terapi diet DM Nephropaty
kepada pasien.
|
_
|
Tetap diberikan
diet DM B2 1900 kkal, RG dan Rendah
Purin
|
15 Juni 2011
|
|
Ureum = 45
Kreatinin = 1,57
|
Normal
Normal
|
KU : Lemah
Kes : CM
TD : 130/70 mmHg
|
Recall
E : 1168,7 kkal
P : 39,4 gr
L : 20,4 gr
KH : 211,4 gr
Pasien Menjalani Cuci darah sehingga pasien puasa saat jam makan pagi.
|
Anjuran pemberian
makanan dalam porsi kecil tapi sering.
|
_
|
Tetap diberikan diet Tim
DM B2 1900 kkal, RG, R. Purin.
|
16 Juni 2011
|
_
|
-
|
-
|
Tensi : 120/90
N : 80x/mnt
RR : 24x/mnt
|
Recall
E : 998,2 kkal
P : 36,4 gr
L : 28,4 gr
KH: 208,6 gr
Pasien Pulang setelah
makan siang. Sehingga Pengamatan hanya dilakukan untuk 2 x makan saja.
|
Pasien mulai mematuhi diet yang diberikan Rumah Sakit
|
-
|
Tetap diberikan diet Tim
DM B2 1900 kkal RG, R.Purin.
|
BAB
V
PEMBAHASAN
A.
Rencana
Terapi
Pasien direncanakan
diberikan diet DM B2 1900 Rendah Garam dan Rendah Purin dengan
tujuan memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi tanpa memberatkan kerja ginjal.
Kebutuhan energi 1867,7 kalori per hari dengan cara pemberian oral, karena
tidak terdapat masalah pada sistem pencernaan. Bentuk makanan biasa, pemberian
karbohidrat rendah yaitu 61% dari total energy, Lemak diberikan 25% dari total
kebutuhan energi, protein diberikan 14 % dari total kebutuhan energi.
B.
Tingkat
Konsumsi Energi dan Zat Gizi
1. Konsumsi
Energi dan Zat Gizi
Konsumsi energi dan zat
gizi adalah asupan zat gizi pasien selama dirawat di rumah sakit rawat inap
sesuai kebutuhan pasien yang telah dihitung pada saat pasien dirawat di Rumah
Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Kota Malang dengan menggunakan rumus :
Tingkat Konsumsi
= Asupan/ Intake X 100
Kebutuhan
Tabel 2. Kriteria Tingkat
konsumsi dari
widya karya pangan gizi 2003
No
|
Kategori
|
Range
|
1
|
Lebih
|
>80 – 100 %
|
2
|
Baik
|
80 – 100 %
|
3
|
Kurang
|
<80 %
|
Tabel 3.
Monitoring intake energi dan zat gizi pasien selama 3 hari pengamatan
Hari
|
Intake
|
Zat-zat Gizi
|
|||
Energi
(kkal)
|
Proetin
(gr)
|
Lemak
(gr)
|
KH
(gr)
|
||
I
|
Kebutuhan
Intake
TK. Konsumsi
(%)
Kategori
|
1867,7
1014,5
54,31
Kurang
|
64,03
34,9
54,50
Kurang
|
51,88
29,5
56,86
Kurang
|
284,82
153,4
53,85
Kurang
|
II
|
Kebutuhan
Intake
TK. Konsumsi
(%)
Kategori
|
1867,7
1168,7
62,57
Kurang
|
64,03
39,4
61,53
Kurang
|
51,88
20,4
39,32
Kurang
|
284,82
211,4
74,22
Kurang
|
III
|
Kebutuhan
Intake
TK. Konsumsi
(%)
Kategori
|
1867,7
998,2
53,44
Kurang
|
64,03
36,4
56,84
Kurang
|
51,88
28,4
54,74
Kurang
|
284,82
208,6
73,23
Kurang
|
Intake
energi dan zat gizi pasien dilihat dengan cara melakukan recall 3 x 24 jam kepada pasien
untuk mengetahui makanan apa saja yang dikonsumsi dalam tiga hari penuh selama
dirawat inap namun saat pengamatan tidak
sampai 3 x 24 jam, dikarenakan pasien pulang sebelum makan malam.
Kemudian hasil tersebut dihitung dan dianalisa.
Hasil analisa
dibandingkan dengan kebutuhan pasien karena untuk menghitung intake makanannya.
Dari hasil tabel diatas
dapat dilihat intake
makanan pasien belum
mencapai angka kecukupan gizi yang dianjurkan, asupan makanan pasien hanya memenuhi setengah
dari kebutuhan energi dan zat
gizi. Hal ini dikarenakan nafsu makan pasien selama di
rawat inap menurun dan pasien menjalani
puasa saat beberapa kali jam makan untuk pemasangan alat dan cuci darah.
a. Intake
Energi
Berdasarkan perhitungan
menurut kebutuhan energi dan zat gizi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Kota
Malang, diketahui kebutuhan
energi pasien adalah 1867,7
kalori/hari.
Tabel 4. Grafik Intake Energi
Gambar 4. Grafik
Intake Energi selama pengamatan (3 hari
pengamatan)
Dari gambar 4, dapat disimpulkan
bahwa intake energi pasien masih
dibawa kebutuhan yaitu sebesar 1867,7 kalori. Pemenuhan
kebutuhan energi yang dicapai pada hari pertaman yaitu sebesar 54,31%, 62,57%
untuk hari kedua, dan 53,44%
untuk hari ketiga. Terjadi penurunan intake energi selama 3 hari pengamatan,
hal ini disebabkan karena pasien
menjalani puasa pemasangan alat cuci darah pada hari pertama dan hari kedua
saat proses homodialisa serta pasien pulang saat hari ketiga sebelum jam makan
malam.
b. Intake
Protein
Berdasarkan perhitungan
menurut kebutuhan energi
dan zat gizi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Kota Malang, diketahui kebutuhan protein
pasien adalah 64,04
gram/hari.
Tabel 5.
Grafik Intake Protein
Gambar 5. Grafik Intake Protein
(3 hari pengamatan)
Dari gambar 5, dapat disimpulkan
bahwa intake protein pasien belum
sesuai dengan kebutuhan gizi yang dibutuhkan yaitu
sebesar 64,03 gram perhari, pada hari pertama pengamatan protein yang dikonsumsi pasien yaitu 54,50
%,
hari ke dua 61,53
% dan hari ke tiga yaitu 56,84 %.
Hal ini disebabkan karena pasien
alergi mengkonsumsi daging
ayam dan telur.
c. Intake
Lemak
Berdasarkan perhitungan
menurut kebutuhan energi
dan zat gizi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Kota Malang, diketahui kebutuhan lemak pasien adalah 51,88 gram/hari.
Tabel 6. Grafik Intake
Lemak
Gambar 6. Grafik Intake lemak
Dari gambar 6, dapat disimpulkan
bahwa intake lemak pasien belum mencapai
kebutuhan yaitu
sebesar 51,88 gram perhari. Pada hari
pertama yaitu 56,86%,
hari ke dua yaitu 39,32%,
dan hari ke tiga 54,74
%. Intek lemak pasien masih rendah dikarenakan pasien
tidak mengkonsumsi telur, daging ayam, makanan yang di goreng dan berminyak.
d. Intake
Karbohidrat
Berdasarkan perhitungan
menurut kebutuhan Energi
dan zat gizi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Kota Malang, diketahui kebutuhan Karbohidrat
pasien adalah 284,82 gram/hari.
Tabel 7. Grafik Intake Karbohidrat
Gambar 7. Grafik Intake Karbohidrat
Dari gambar 7, dapat disimpukan
bahwa intake karbohidrat pasien belum
juga memenuhi kebutuhan karbohidrat yaitu 284,82 gram perhari pada hari
pertama pasien hanya mengkonsumsi KH sebesar
53,85%, hari ke dua 74,22 % dan hari ke tiga yaitu
73,23%. Pada kasus ini
karbohidrat diberikan sebesar 61 % dari total energi.
e. Observasi
Sisa Makanan Pasien
Observasi sisa makanan pasien dapat
dilihat dari berapa jumlah intake yang dikonsumsi pasien dibandingkan dengan
standar porsi yang disediakan pihak rumah sakit. Selama observasi dilakukan,
sisa makanan selalu meningkat, pertama
karena pasien menjalani operasi pemasangan alat untuk
homodialisa kedua pasien menjalani puasa untuk hemodialisa serta hari ke tiga
pasien makan sedikat karena ingin cepat-cepat pulang. Bentuk makanan biasa sedangkan pasien tidak mau makan daging ayam dan telur dikarenakan alergi dampak dari
penyakit ginjal.sedangkan untuk lauk nabati dihabiskan
untuk sayuran setengah yang dikonsumsi.
C.
Perkembangan
Pengukuran Antropometri
Dari hasil pengukuran antropometri
selama 3 hari, pasien tidak
mengalami penurunan berat badan walaupun
pasien sering menjalani puasa dan tidak bisa mengkonsumsi lauk hewani (daging
ayam dan telur).
D.
Perkembangan
Pemeriksaan Biokimia/Laboratorium
Pasein melakukan pemeriksaan
laboratorium pada pra pengamatan, hari pertama dan hari kedua, dari hasil
laboratorium GDP,
Ureum, Kreatinin dan As. Urat mengalami naik turun.
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Pasien Sebelum Pengamatan
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai
Normal
|
Keterangan
|
||
Pra
|
H1
|
H2
|
|||
GDP
|
141
|
117
|
-
|
60 -
100 mg/dl
|
T
|
GDS
|
26
|
-
|
-
|
<
200 mg/dl
|
N
|
Hb
|
7,0
|
-
|
-
|
11 – 16.5 g/dl
|
R
|
MCV
|
79
|
-
|
-
|
80
– 9,7
|
R
|
MCH
|
24
|
-
|
-
|
26,5
– 33.5
|
R
|
MCHC
|
30,4
|
-
|
-
|
31,5 – 35,0
|
R
|
Hematokrit
|
21,5
|
-
|
-
|
35 – 50
|
R
|
Kalium
|
3,7
|
-
|
-
|
3.5-5 mmol/L
|
N
|
Ureum
|
106,5
|
150,8
|
45
|
10-50
mg/dl
|
T
|
Kreatinin
|
2,79
|
2,82
|
1,57
|
0.7-1.5
mg/dl
|
T
|
Na
|
127
|
-
|
-
|
136 - 145 mg/dl
|
N
|
As. Urat
|
14,7
|
10,4
|
-
|
2 - 6 mg/dl
|
T
|
Clorida
|
95
|
-
|
-
|
98 - 106 mg/dl
|
N
|
K. Total
|
82
|
121
|
-
|
130 - 220 mg/dl
|
R
|
HDL
|
28
|
34
|
-
|
> 50 mg/dl
|
|
LDL
|
46
|
74
|
-
|
< 150 mg/dl
|
|
Trigliserida
|
-
|
68
|
-
|
|
|
Ket
:
T
= Tinggi
N
= Normal
R
= Rendah
E.
Perkembangan
Pemeriksaan Fisik/Klinis
Perkembangan fisik klinis pasien
diperoleh dari pengamatan secara langsung terhadap pasien selama studi kasus.
KU dari hasil pengamatan selama studi kasus, terlihat bahwa keadaan umum pasien
tergolong lemah, kesadaran pasien secara umum termasuk dalam
kategori Compos Mentis, artinya kesadaran pasien tersebut sama seperti
kesadaran orang normal biasa atau dengan kata lain orang tersebut dalam kondisi
kesadaran penuh, suhu tubuh pada hari pertama 36°C dan pada hari pertama sampai ke tiga
suhu tubuh normal.
Tabel 9. Pemeriksaan
Fisik/Klinis
Uraian
|
14 Juni
2011
|
15 Juni
2011
|
16 Juni
2011
|
Kondisi
|
Lemah
|
Lemas
|
Baik
|
Suhu
|
36,6°C
|
37°C
|
37°C
|
Tekanan Darah
|
130/80 mmHg
|
130/70 mmHg
|
120/80 mmHg
|
Nadi
|
80 x/ menit
|
80 x/ menit
|
80 x/ menit
|
Respirasi
|
24 x/ menit
|
24 x/ menit
|
24 x/ menit
|
F.
Peubahan
pengetahuan, Sikap/Perilaku Hasil Terapi Edukasi
Pengamatan yang dilakukan selama 3 hari,
selain merencanakan konsumsi makan pasien juga memberikan motivasi agar pasien
mau mengknsumsi makanan, selain itu motivasi untuk lebih mengatur pola konsumsi
yang dialami saat ini,
sejak hari pertaman dan kedua pengamatan pasien menjalani puasa sehingga pola konsumsinya naik
turun. sedangkan
monitoring hari ketiga juga masih menurun dikarenakan pasien ingin cepat keluar dari Rumah sakit.
G.
Evaluasi
Asuhan Gizi
1.
Indikator keberhasilan
Asuhan Gizi
Indikator keberhasilan
asuhan gizi dilihat dengan cara mengukur kebutuhan dangan cara recall makanan,
suhu tubuh, dan melihat perkembanganya ada tidaknya penurunan TD.
2.
Rencana tindak lanjut
Memberikan
motivasi kepada pasien dan keluarganya untuk selalu memberikan makan yang berasal dari rumah sakit dan makanan yang bisa
di konsumsi pasien.
BAB
VI
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari studi kasus diatas dapat
ditarik kesimpuln bahwa:
1. Diagnosis
penyakit pasien adalah DM tipe 2 dengan
CKD St 5 dan hiperurisemia. Diagnosa ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang menunjukan tingginya kadar gula darah, ureum,
kreatinin dan asam urat.
2. Permasalahan gizi pasien adalah adanya
peningkatan gula darah, ureum,
kreatinin dan asam urat, serta penurunan kadar hemoglobin darah,
kurangnya asupan energi dan zat gizi pasien, serta seringnya pasien
mengkonsumsi makanan yang digoreng dan
jarang mengkonsumsi sayur dan buah.
3. Kebutuhan
energy dan zat gizi pasien adalah sebagai berikut:
Energi : 1867,7 kkal/hari
Protein : 64,03 gr/hari
Lemak : 51,88 gr/hari
KH : 284,82
gr/hari
4. Terapi diet yang diberikan kepada pasien adalah diet DM B2 1900, Rendah purin 70 gr, rendah garam dan rendah purin.
5. Rata-rata tingkat konsumsi energi,
protein, lemak dan karbohidrat pasien selama 3 hari pengamatan tergolong dalam
kategori kurang.
6.
Berdasarkan
data perkembangan laboratorium pasien, pada tanggal 14 Juni 2011 ada beberapa
data yang menunjukkan hasil yang mengalami penurunan walau tidak seberapa
antara lain GDP, Ureum, Kreatinin, dan As. Urat .
7.
Materi yang diberikan
meliputi tujuan, prinsip, dan syarat diet
DM Nephropaty, rendah garam dan rendah purin,
pola makan yang sehat, bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi, dan
daftar bahan makanan penukar ditandai
dengan pasien telah
memahami materi konseling yang diberikan dibuktikan dengan adanya perubahan dalam pola makan dan pemahaman materi.
B.
Saran
1. Keluarga pasien harus memberikan
motivasi dan dukungan pada pasien untuk melakukan diet yang diberikan dengan
baik untuk mempercepat proses kesembuhan pasien.
2. Keluarga pasien seharusnya berkonsultasi
langsung dengan ahli gizi sehubungan dengan diet yang harus dijalani oleh
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Andry
Hartono. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC.
Arif M, Mansjoer,dkk. 2007. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Askandar
Tjokroprawiro, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Airlangga
University Press.
Cornelia. 2010. Penuntun Konseling Gizi. Jakarta :
PT Abadi.
Depkes. 2005. Pedoman Gizi Rumah Sakit. Jakarta :
Depkes.
PDGKI. 2008.
Pedoman Tata Laksana Gizi Klinik. Jakarta.
Prodjosudjadi, W. 2006. Incidence, Prevalence,
Treatment and Cost of End-Stage Renal Disease. Ethnicity & Disease, 16 (1),
14-16.
Sulistyorini, SST, Dkk. 2007. Buku Pedoman Diet.
Malang : Rumah Sakit Dr. Saiful
Anwar Malang
Sukandar, E.
2006. Nefrologi Klinik, Edisi III, Bandung : Pusat Informasi Ilmiah
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK. UNPAD/RS Hasan Sadikin
Sunita Almatsier. 2004. Penuntun Diet edisi baru.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sunita Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sylvia Escott-Stump. 2008. Nutrition and Diagnosis –
Related Care. Jakarta.
Tanggal
|
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai Normal
|
Level
|
15 Juni 2011
|
GDP
|
141 mg/dl
|
60 - 100 mg/dl
|
N
|
GDS
|
26 mg/dl
|
<
200 mg/dl
|
N
|
|
Hb
|
7,0 g/dl
|
11 – 16.5 g/dl
|
N
|
|
MCV
|
79
|
80
– 9,7
|
N
|
|
MCH
|
24
|
26,5
– 33.5
|
|
|
MCHC
|
30,4
|
31,5 – 35,0
|
N
|
|
Hematokrit
|
21,5
|
35 – 50
|
N
|
|
Kalium
|
3,7 mmol/L
|
3.5-5 mmol/L
|
T
|
|
Ureum
|
106,5 mg.dl
|
10-50 mg/dl
|
N
|
|
Kreatinin
|
2,79 mg/dl
|
0.7-1.5 mg/dl
|
N
|
|
Na
|
127 mg/dl
|
136 - 145 mg/dl
|
R
|
|
As. Urat
|
14,7 mg/dl
|
2 - 6 mg/dl
|
R
|
|
Clorida
|
95 mg/dl
|
98 - 106 mg/dl
|
N
|
|
K. Total
|
82 mg/dl
|
130 - 220 mg/dl
|
N
|
|
HDL
|
28 mg/dl
|
> 50 mg/dl
|
N
|
|
LDL
|
46 mg/dl
|
< 150 mg/dl
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar